Perjalanan ke Kota Thaif Berburu Nasi Mande Kambing dan Madhbi
Perjalanan ini dimulai dari Mekkah, kota suci yang penuh sejarah dan spiritualitas. Pagi itu, rombongan kami siap untuk berangkat menuju Thaif, sebuah kota yang memiliki kenangan pahit dalam sejarah dakwah Nabi Muhammad SAW. Thaif dikenal sebagai kota yang menolak dakwah Nabi dengan keras, tetapi juga sebagai tempat yang memiliki keindahan alam dan kekayaan kuliner yang khas.
Perjalanan menuju Thaif memakan waktu sekitar dua jam menggunakan bus. Selama perjalanan, kami melewati jalan yang dikelilingi oleh gunung-gunung batu yang kering dan tandus. Pemandangan yang kontras dengan hijaunya lembah-lembah yang ada di bagian lain dunia ini, tetapi memiliki keindahan tersendiri. Gunung-gunung batu itu berdiri kokoh, seolah menjadi saksi bisu perjalanan kami menuju kota yang pernah menolak kehadiran Nabi.
Setelah perjalanan yang melelahkan, kami akhirnya tiba di Thaif. Karena keberangkatan kami sempat tertunda, perut kami mulai memberontak, menuntut untuk segera diisi. Thaif terkenal dengan kuliner khasnya, dan kali ini kami berkesempatan untuk mencicipi nasi mande kambing dan madhbi, sebuah pengalaman kuliner yang tidak boleh dilewatkan.
Ketika kami duduk di rumah makan yang sederhana tetapi bersih, pelayan membawa keluar senampan besar nasi madhbi yang cukup untuk empat orang. Madhbi adalah hidangan khas Arab yang terdiri dari nasi beras Hindia dan daging kambing yang dimasak dengan bumbu khas. Aroma yang keluar dari hidangan tersebut sangat menggugah selera, berbeda dengan hidangan yang pernah saya cicipi di tempat lain, seperti di jalan Margorejo.
Rasa nasi madhbi ini memang unik. Nasinya pulen dengan sentuhan rempah yang kaya, membuat setiap suapan terasa istimewa. Daging kambingnya empuk dan lembut, dengan sedikit rasa manis yang menyatu sempurna dengan bumbu rempah. Saya bisa merasakan keaslian cita rasa Arab yang begitu kental, membuat pengalaman makan ini menjadi lebih dari sekadar memuaskan rasa lapar, tetapi juga memuaskan rasa ingin tahu akan kuliner lokal.
Kami berempat makan dengan lahap, menikmati setiap suapan nasi dan daging kambing yang tersaji. Dalam waktu singkat, makanan yang tadinya memenuhi nampan besar itu ludes disantap. Rasanya tidak hanya mengenyangkan tetapi juga memberikan kehangatan dan kebahagiaan setelah perjalanan panjang yang kami tempuh.
Perjalanan ke Thaif ini mengingatkan saya akan kisah sejarah yang pernah terjadi di kota ini. Nabi Muhammad SAW pernah datang ke sini untuk menyebarkan ajaran Islam, tetapi beliau malah diusir dan dilempari batu oleh penduduk setempat. Namun, Nabi tetap sabar dan tidak menyimpan dendam, bahkan beliau berdoa agar penduduk Thaif suatu saat bisa menerima ajaran Islam. Kini, Thaif telah berubah menjadi kota yang lebih ramah dan terbuka, dengan penduduk yang sebagian besar memeluk Islam.
Setelah menikmati makan siang yang lezat, kami melanjutkan perjalanan menjelajahi Thaif. Kota ini tidak hanya terkenal dengan kuliner khasnya, tetapi juga dengan pemandangan alamnya yang indah dan cuaca yang sejuk. Thaif terletak di ketinggian, sehingga udaranya lebih sejuk dibandingkan Mekkah yang panas. Hal ini menjadikan Thaif sebagai tempat yang cocok untuk bercocok tanam, terutama buah-buahan seperti anggur dan delima.
Kami mengunjungi beberapa tempat bersejarah di Thaif, termasuk masjid dan pasar tradisional. Masjid-masjid di Thaif memiliki arsitektur yang indah, dengan desain yang khas Arab. Di pasar tradisional, kami menemukan berbagai barang kerajinan tangan dan rempah-rempah yang dijual oleh penduduk lokal. Pasar ini memberikan gambaran tentang kehidupan sehari-hari penduduk Thaif dan bagaimana mereka menjaga tradisi dan budaya mereka.
Thaif juga memiliki beberapa taman dan kebun yang menawarkan pemandangan yang menenangkan. Kami menghabiskan waktu di salah satu taman, menikmati udara segar dan pemandangan pegunungan yang mengelilingi kota ini. Taman-taman ini menjadi tempat favorit bagi penduduk setempat untuk bersantai dan menikmati waktu bersama keluarga.
Perjalanan ke Thaif memberikan banyak pelajaran berharga. Selain mengenal lebih dekat sejarah dan budaya lokal, kami juga belajar tentang ketabahan dan kesabaran Nabi Muhammad SAW dalam menghadapi penolakan dan kesulitan. Thaif, yang dulunya menjadi saksi penolakan dakwah Nabi, kini telah berubah menjadi kota yang damai dan indah, menunjukkan bahwa perubahan dan perbaikan selalu mungkin terjadi.
Pengalaman menikmati nasi mande kambing dan madhbi di Thaif juga memberikan kesan mendalam tentang kekayaan kuliner Arab. Setiap hidangan memiliki cerita dan sejarahnya sendiri, dan mencicipinya memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang budaya dan tradisi setempat.
Perjalanan kami dari Mekkah ke Thaif dan pengalaman kuliner yang kami nikmati di sana adalah salah satu momen yang akan selalu saya ingat. Thaif, dengan segala sejarah dan keindahannya, mengajarkan kita banyak hal tentang ketabahan, perubahan, dan keindahan dalam kesederhanaan. Kuliner khasnya, seperti nasi mande kambing dan madhbi, menjadi bukti bahwa setiap tempat memiliki keistimewaan yang patut untuk dijelajahi dan dinikmati.
Mufti Labib
Taif, 20/06/2024