Sejumlah
100 siswa-siswi dan santri Pondok Pesantren Karang Asem Muhammadiyah
Paciran Lamongan mendeklarasikan pembentukan Simpul Media Literacy
(melek media), Sabtu (9/2). Mereka adalah aktivis pelajar yang mewakili
3400 siswa-siswi diseleksi dari Madrasah Aliyah Muhammadiyah 1 Paciran,
SMA Muhammadiyah 6 Paciran dan SMK Muhammadiyah 8 Paciran. Deklarasi
disaksikan oleh Pimpinan Pondok KH Hakam Mubaroq, LC, MPd dan Ketua
Program Studi (Prodi) Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang
(UMM), Nurudin, MSi.
Deklarasi
berlangsung di aula Ponpes Karang Asem sesaat sebelum acara workshop dan
pendampingan media literacy oleh Tim Pengabdian Masyarakat Prodi Ilmu
Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Workshop sehari ini
terdiri dari empat materi, yakni manajemen media sekolah, pengelolaan
media sosial, public speaking dan video komunitas.
“Semoga kerjasama
Pondok dengan UMM ini akan membawa manfaat bagi kedua belah pihak,
terutama untuk menambah keterampilan siswa-siswi kita dalam
berkomunikasi dan mengelola media sekolah, serta berbicara di depan
umum,” harap KH. Abd. Hakam Mubarok
Di Karang Asem,
kata Pak Yai Barok yang juga Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Lamongan,
siswa-siswinya sudah belajar membuat media sekolah. Namun diakuinya
masih harus lebih diaktifkan dan ditingkatkan kualitasnya. “Saya yakin
UMM dapat membantu melalui workshop ini,” katanya.
Deklarasi dibacakan salah seorang siswi SMAM 6, Siti Wulandari. Dalam deklarasi itu disebut empat poin. Pertama, komitmen membangun masyarakat madani yang kritis pada media massa. Kedua, menjalin komunikasi dengan sesama anggota komunitas media literacy. Ketiga,
mendampingi keluarga dan masyarakat dalam mengakses media massa. “Dan
keempat, siap melakukan pemantauan media dan advokasi kepada masyarakat
yang dirugikan oleh media massa,” kata Wulandari lantang.
Nurudin mengatakan
acara ini merupakan bagian dari program unggulan Prodi Komunikasi UMM.
Selama lima tahun terakhir, pihaknya selalu mengkampanyekan Gerakan
Media Literacy. “Ini gerakan untuk menyadarkan kepada masyarakat akan
bahaya media massa. Masyarakat harus bijak dalam menggunakan media,”
katanya.
Lebih lanjut
dikatakan, pengabdian dosen Komunikasi UMM selama ini dilaksanakan
diberbagai kelompok masyarakat maupun sekolah-sekolah. Di Lamongan, kata
Nurudin, menjadi sasaran sosialisasi gerakan itu karena dipandang
potensial. Di Paciran, misalnya, terdapat banyak sekolah dan pondok
pesantren yang dapat dijadikan basis media literacy. Para santri harus
menjadi agen masyarakat yang bisa mencerahkan bahwa media massa harus
bisa dikendalikan isi maupun efeknya.
“Setelah deklarasi
ini, kami ingin mendengar nantinya akan lahir siswa-siswi yang kritis
pada media massa, dan lahir film-film pendek berkualitas dari sini,”
pungkas Nurudin yakin.
Sumber : komunikasi.umm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar