‘’Jadi saat lomba yang dipikirkan berani mencoba beragam warna aja,’’ tutur Hanum kepada Jawa Pos Radar Lamongan, kemarin (9/5). Bagi Hanum, keahlian dalam menciptakan kaligrafi kontemporer indah terletak pada ketekunan latihan. Dia seminggu tiga kali mencoret-coret kertas dengan pewarna. Pemilihan khat berbeda-beda agar bisa menciptakan banyak variasi. Tak hanya belajar khat, fitur lain juga dipelajarinya.
‘’Kaligrafi kontemporer lebih bebas penggunaan variasi - variasinya, agar menambah hidup nilai seninya,’’ tutur cewek berjilbab tersebut.
Pada kaligrafi kontemporer terakhir yang dibuatnya, Hanum menyisipkan variasi seperti bebatuan retak di pojok kiri atas. Selanjutnya dibatasi cat hitam, coretan gradasi warga biru tua dan biru laut menggambarkan seperti kaca, yang terdapat retakan-retakan kecil.
‘’Terpenting variasi yang ditambah tak mengurangi huruf kaligrafinya, tapi justru memperkuat maknanya,’’ imbuhnya. Di bawahnya terdapat khat berwarna coklat muda, yang dipisahkan warna oranye dan kuning. Di bagian pojok bawah, Hanum menyisipkan warna hijau muda. Variasi warna itu justru menguatkan nilai estetika seni kaligrafi buatan pelajar 15 tahun itu.
‘’Jadi kuncinya tiap membuat kaligrafi kontemporer harus berani memainkan warna,’’ imbuhnya.
Berkat ketekunannya, prestasi Hanum naik satu demi satu strip. Sebelumnya, Hanum menyabet prestasi lomba kaligrafi tingkat Kabupaten Lamongan. Itu menjadi pengalaman pertama bagi Hanum mengikuti perlombaan kaligrafi. Selanjutnya, cewek berkulit sawo matang itu menyabet juara 1 tingkat karisidenan Bojonegoro. ‘’Ke depan sih pinginnya ingin lebih baik lagi di perlombaan yang kelasnya lebih tinggi,’’ harapnya.
Hanum Salsabila menerima hadiah |
dia juga meraih Juara 3 Kaligrafi Cabang Dekorasi dan Juara 3 Fotografi, di SMK Boho Brondong se Kabupaten Lamongan-Tuban, Tanggal 2 Mei 2018. Atas nama Hanum Salsabila dan Diyah Ayu Nur Jati, siswi SMP Muhammadiyah 14 Paciran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar